Jumat, 19 September 2014

woodpecker si Burung Pelatuk


Burung Pelatuk/Woodpecker (Foto: thebirdpoint.wordpress.com)
Burung Pelatuk/Woodpecker (Foto: thebirdpoint.wordpress.com)
Burung pelatuk (woodpecker) dikenal dengan kebiasaannya mematuk batang pohon untuk menemukan serangga yang hidup di celah-celah kulit pohon, dan untuk menggali rongga sarang. Ada lebih dari 180 spesies burung pelatuk, semuanya merupakan keluarga Picidae.
Pelatuk memakan serangga, buah, biji-bijian dan kacang-kacangan. Burung pelatuk merupakan burung yang kuat, paruh runcingnya bertindak baik sebagai pahat dan linggis untuk menghilangkan kulit pohon dan menemukan serangga yang bersembunyi. Ia memiliki lidah yang sangat panjang, hingga empat inci dengan zat seperti lem di ujungnya, yang digunakan untuk menangkap serangga.

Karena mereka tersebar diberbagai belahan dunia, jumlah populasi pelatuk secara keseluruhan tidak diketahui. Burung pelatuk dapat ditemukan di daerah hutan di seluruh dunia, kecuali di Australia.

Kebanyakan burung memiliki satu jari kaki mengarah ke belakang dan tiga jari mengarah ke depan pada setiap kakinya, lain halnya dengan burung pelatuk yang memiliki dua jari kaki ke arah depan dan dua jari ke arah belakang, semua jarinya memiliki cakar tajam, keadaan tersebut membantu mereka memahami sisi pohon dan menjaga keseimbangan, formasi ini disebut dengan kaki zygodactal. Banyak dari spesies burung pelatuk memiliki bulu ekor yang kaku, yang mereka gunakan menekan terhadap permukaan pohon untuk membantu mendukung berat badan mereka.
Beberapa spesies akan mematuk di pohon-pohon untuk berkomunikasi dengan burung pelatuk lain dan sebagai bagian dari perilaku pacaran mereka. Burung pelatuk diperkirakan mematuk hingga 8,000-12,000 kali per hari.
Musim kawin dan reproduksi burung pelatuk bervariasi, tergantung dari spesies burung pelatuk. Mereka rata-rata memproduksi empat telur setiap bertelurnya.
Burung pelatuk yang betina dan jantan bekerja sama untuk menggali sebuah rongga di pohon yang digunakan sebagai sarang dan menetaskan telur selama sekitar dua minggu. Ketika telur menetas, anak burung pelatuk tidak bisa melihat dan tidak memiliki bulu. Salah satu orang tuanya akan membawa makanan ke sarang, sementara orang tua satunya tetap menjaganya. Anak burung pelatuk umumnya meninggalkan sarang setelah mereka
berumur 25-30 hari. 

Sumber: Defenders.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar